Jenis Cerita Rekaan dan Perbedaannya

Jenis Cerita Rekaan

Berdasarkan bentuknya, secara sederhana jenis cerkan dikelompok¬kan dalam tiga jenis, yaitu (1) novel, (2) novelet (novelette), dan (3) cerita pendek (short story). Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dengan panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak, serta adegan kehidupan yang representatif dalam suatu alur atau keadaan. Kata novelet berasal dari novelette yang diturunkan dari kata novel dengan penambahan sufiks – ette, yang berarti kecil. Dengan singkat dapat dinyatakan bahwa novelet mengandung pengertian novel kecil. Cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca.

Perbedaan antara Cerpen dan Novel

Plot, tokoh, latar, dan lain-lainnya merupakan elemen yang biasanya membentuk kedua jenis karya cerkan itu. Akan tetapi, pengalaman pembaca dan apresiator cerpen dapat berbeda dalam beberapa hal, jika dibandingkan dengan pengalamannya tatkala berhadapan dengan novel.
Sebuah cerpen biasanya memiliki plot yang diarahkan pada insiden atau peristiwa tunggal. Sebuah cerpen biasanya didasarkan pada insiden tunggal yang memiliki signifikansi besar bagi tokohnya. Sementara itu, novel memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengheran¬kan jika posisi manusia dalam masyarakat menjadi pokok perma¬salahan yang selalu menarik per¬hatian para novelis. Masyara¬kat¬ memiliki dimensi ruang dan waktu.
Jika umumnya cerpen mencapai keutuhan (unity) secara eksklusi (exclusion), artinya cerpenis membiarkan hal-hal yang dianggap tidak esensial; novel mencapai keutuhannya seca¬ra inklusi (inclusion), yakni bahwa novelis mengukuhkan keseluruh¬annya dengan kendali tema karyanya. Dalam kaitan ini, harus dicatat bahwa berbagai hal yang sudah dikemukakan tersebut cenderung dapat dijumpai pada cerkan konvensional.

Novel Populer dan Novel Serius

Dalam dunia kesastraan sering ada usaha untuk membedakan antara novel serius dan novel populer. Kenyataannya, usaha pembedaan tersebut tidak mudah untuk dilakukan. Penggolongan novel menjadi novel serius dan novel populer seringkali dipengaruhi oleh kesan yang bersifat subjektif, seperti siapa pengarangnya dan siapa penerbitnya.
Pada dasarnya novel populer merupakan kelanjutan dari apa yang dinamai novel picisan sejak sebelum perang dunia kedua. Penamaan novel atau roman picisan berasal dari Parada Harahap, seorang wartawan, pada tahun 1939 ketika terjadi polemik dengan pengarang roman picisan Matu Mona. Istilah itu kemudian berubah menjadi “hiburan” pada tahun 1960-an, seiring dengan berkembangnya majalah-majalah yang dinamai majalah hiburan. Selanjutnya pada dekade 70-an itulah berubah lagi menjadi kata populer.
Disebut dengan novel populer karena karya tersebut baik dari sisi tema, cara penyajian, teknik, bahasa, maupun gaya meniru pola umum yang digemari masyarakat pembacanya. Corak novel pop cenderung seragam dan dikerjakan secara tergesa-gesa karena desakan pasar. Akibatnya, corak novel populer hampir sama di suatu kurun waktu tertentu.